Shalat Sunnah Rawatib Subuh
Hukum Shalat Rawatib Subuh
Shalat sunnah rawatib Subuh termasuk shalat sunnah yang paling muakkad dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukannya dan tidak meninggalkannya, baik di kala bepergian ataupun tidak.
Di antara dalil yang menunjukkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya di kala bepergian (safar) adalah hadits Abu Maryam yang berbunyi,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَسْرَيْنَا لَيْلَةً فَلَمَّا كَانَ فِي وَجْهِ الصُّبْحِ نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَامَ وَنَامَ النَّاسُ فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلَّا بِالشَّمْسِ قَدْ طَلَعَتْ عَلَيْنَا فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤَذِّنَ فَأَذَّنَ ثُمَّ صَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ
“Kami dahulu pernah bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan, lalu kami berjalan di malam hari.
Ketika menjelang waktu subuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti
dan tidur, dan orang-orang pun ikut tidur. Beliau tidak bangun kecuali matahari
telah terbit. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
muazin (untuk berazan) Lalu ia (muadzin) mengumandangkan azan, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua rakaat sebelum shalat subuh, kemudian
memberi perintah pada sang muazin, lalu sang muazin beriqamah, lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami orang-orang (dalam shalat subuh).”Demikian juga, Imam al-Bukhari menyatakan,
بَاب مَنْ تَطَوَّعَ فِي السَّفَرِ فِي غَيْرِ دُبُرِ الصَّلَوَاتِ وَقَبْلَهَا وَرَكَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي السَّفَرِ
“Bab orang yang melakukan shalat tathawu’ (sunnah)
dalam perjalanan pada selain waktu sesudah dan sebelum shalat fardhu (rawatib).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dua rakaat shalat fajr dalam
safarnya (bepergiannya).” [2]Ibnu al-Qayyim menyatakan,